Rabu, 24 Februari 2010

Paradigma Pintar dan Bodoh

Pintar. Bodoh. Dua kata yang sangat umum di dunia pendidikan kita. Jujur saja, saya kurang menyukai penggunaan kedua kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Saya merasa kita masih terjebak dalam paradigma pintar dan bodoh.

Para murid diklasifikasikan berdasarkan dua sifat tersebut.
Murid yang sering mendapat nilai bagus disebut “pintar”, sedangkan yang sering mendapat nilai jelek disebut “bodoh”. Klasifikasi ini terus berlanjut dari generasi ke generasi.

Kapan kita bisa lepas dari paradigma ini? Pertanyaan yang masih susah dijawab.

Cara pendidikan kita masih berorientasi pada hasil akhir (nilai), bukan berorientasi pada proses pembelajaran dan pemahaman itu sendiri. Mungkin itu penyebab utama munculnya klasifikasi ini. Seringkali saya melihat banyak orang yang merasa lemah dalam hal akademis dan kemudian berpikir bahwa orang-orang yang berprestasi di bidang akademis udah pinter dari sononya… Selama satu tahun kuliah saya merasa orang-orang di sekitar saya, termasuk saya juga, masih terjebak dalam paradigma pintar dan bodoh. Kedua kata tersebut berpeluang mempengaruhi mental seseorang baik secara positif maupun negatif. Kata “bodoh” yang berkonotasi negatif lebih berpeluang membawa efek negatif. Misal, kita dikatai orang bahwa kita bodoh, jika kita berpikir positif itu akan menjadi lecutan bagi kita untuk membuktikan bahwa kita tidak sebodoh yang dikatakan orang lain, sementara jika kita berpikir negatif kita akan merasa bahwa kita memang “bodoh” dan tidak berpeluang menjadi “pintar”. Sayangnya, di dunia pendidikan kita, antara sesama murid sering saling memberikan preedikat “bodoh”, bahkan tak jarang sang pengajar (guru, dosen, dsb.), baik secara eksplisit maupun implisit memberikan predikat “bodoh” kepada murid-muridnya. Hal ini menyebabkan para murid berlomba-lomba mendapat predikat “pintar” yang diukur dari besarnya nilai akhir. Perlombaan ini kemudian berpeluang melahirkan kompetisi negatif, satu sama lain mencari kelemahan dan saling ingin mengalahkan, bukannya kompetisi yang saling membangun.
Menurut saya belajar merupakan sebuah proses yang terus berkelanjutan, proses dari belum tahu menjadi tahu, dari belum paham menjadi paham, dari belum bisa menjadi bisa. Jadi, dalam proses belajar mengajar seharusnya tidak ada klasifikasi pintar dan bodoh. Sang pengajar harus berusaha sebaik mungkin agar dapat mentransfer ilmu sambil memfasilitasi para murid dalam proses tersebut, sedangkan para murid juga harus mengikuti proses tersebut dengan baik agar mampu memeahami dan menerapkan ilmu yang didapat. Saya mengakui bahwa kita, manusia, diciptakan berbeda-beda dengan adanya kelebihan dan kekurangan, ada orang-orang yang diberi anugerah kelebihan dalam hal akademis dan ada juga yang memiliki kekurangan dalam hal akademis. Jadi, wajar jika dalam proses tersebut setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Misal, si A sudah mencapai taraf “tahu”, sedangkan si B dalam waktu yang sama sudah mencapai taraf “paham”, ternyata ada juga si C yang sudah mencapai taraf “bisa”. Di saat seperti inilah yang seharusnya muncul bukan klasifikasi, melainkan proses saling mengisi, baik antara murid dengan murid, maupun murid dengan pengajar.
Jadi, sebaiknya kelebihan dan kekurangan tersebut jangan dibawa terlalu jauh di dalam dunia pendidikan, karena di dunia pendidikan, kita belajar bukan untuk mencari predikat pintar, tapi untuk mendapatkan ilmu dan kemudian menerapkankannya dalam kehidupan bersama. Saya berharap orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dalam hal akademis janganlah terlalu sombong untuk berbagi ilmu dengan yang lainnya, sementara itu bagi yang masih lemah dalam hal akademis janganlah ragu untuk bertanya dan terus belajar.




Bagi saya, yang terpenting, sekaligus yang terberat, adalah menikmati proses belajar mengajar itu sendiri. Memang, nilai akhir tetap menjadi patokan umum, tapi saya yakin nilai akhir yang baik bisa dicapai melalui atmosfer belajar yang baik plus persiapan yang matang dari masing-masing individu. Saya yakin jika kita menikmati apa yang kita kerjakan, kita akan mendapatkan “sesuatu” yang berharga dalam proses tersebut, “sesuatu” yang hanya bisa kita sendiri yang merasakan, lebih bermakna dibandingkan nilai atau skor akhir yang kita dapatkan.

Melalui tulisan ini saya ingin mengajak kita semua untuk lepas dari paradigma pintar dan bodoh, karena belajar bukan tentang “pintar” dan “bodoh”, belajar adalah proses menjadi manusia yang lebih bermakna dari hari ke hari. Saya tidak merasa pintar, masih banyak hal-hal yang ingin saya pelajari. Karena namanya saja proses belajar mengajar, sudah semestinya kita saling belajar dan juga mengajar satu sama lain. Agar kita menjadi orang yang lebih bermakna, bagi kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Untuk yang terlanjur mendapat predikat bodoh, janganlah berkecil hati, saya teringat pesan yang diberikan Steve Jobs kepada wisudawan Stanford University, “Stay hungry, stay foolish”, jangan merasa puas, tetap merasa bodoh. Kata-kata itu sangat keren menurut saya, jadi jangan berkecil hati jika dikatai bodoh, karena jika kita merasa bodoh kita akan terus belajar.

Selengkapnya...

Rabu, 17 Februari 2010

Rombong Sakti

Inilah Rombong Sakti Keluarga Q

Tahun 2004 tepat dimana rombong ini di buat. dari tahun 2002-2004 sebelum rombong ini ada, kedua orang tua ku tidak memiliki pekerjaan tetap. Karena sejak tahun 2002 kedua orang tua ku di PHK sepihak oleh pihak Hotel Patra Jasa Resort Bali (pertamina cottage). Selama 2 tahun bapak yang memiliki keahlian di bidang teknik kelistrikan luntang-lantung ke rumah-rumah yang membutuhkan jasanya. Ibu yang memiliki ke ahlian memasak bekerja di salah satu tempat ketring di dekat rumah. dan sesambil bekerja di ketringan, ibu juga menyempatkan membuat nasi kuning yang di titipkan di warung Om saya di daerah gatsu, saya dan bapak bertugas mengantarkan nasi tersebut setiap pagi hari. Kakak yang seharus nya menginjak bangku kuliah setelah tamat SMA terpaksa bekerja menjadi penjaga warnet di kawasan Jalan Kamboja karena belum cukup biaya untuk kuliah. aku yang saat itu baru saja menginjak kelas II SMP sama sekali tak memikirkan apa yang sedang mereka lakukan dan malah baru-baru ini aku baru tersadar atas pengorbanan mereka. HaH.. Itulah hebatnya mereka, bisa membuat ku tetap selalu bersenang-senang seperti anak-anak seusia ku lainnya. Dan di tahun 2004 akhirnya kakak ku masuk bangku Kuliah di bantu saudara-saudara ku. kakak ku pun tetap melanjutkan pekerjaan nya sebagai penjaga warnet. ia bekerja pagi hari dan sepulang kerja ia langsung berangkat kuliah dan itu ia lakukan selama 3 tahun.

Akhirnya di pertengahan tahun 2004, bapak memutuskan untuk membuka usaha sendiri. karena saat itu untuk membeli sebuah rombong memerlukan dana yang lumayan besar. akhirnya bapak memberanikan diri untuk meminjam uang kapada kepala desa di dusun ku (Pak Armada). dan bapak bersama seorang temannya mulai membuat dan merancang rombong itu sendiri (hebat ya bapak ku). setelah memerlukan waktu sebulan untuk menyelesaikan rombong ini, kami pun mulai berjualan Nasi Pecel Madiun. kenapa Nasi Pecel ??? karena... Ibu dan Bapak berasal dari Kota Madiun, Madiun terkenal dengan Nasi pecelnya dan kebetulan sekali di daerah kami pedagang Nasi Pecel sangat jarang, JADI.... Nasi Pecel adalah pilihan yang TEPAT! hehehe...


****
saat itu kami berjualan di Banjar Blok I (Banjar adalah balai bermain masyarakat bali). kami berjualan tiap sore hari, dari pukul 3 sore bapak dan ibu sibuk menyiapkan keperluan jualan dan pukul 5.30 bapak mendorong rombong yang jaraknya 100 meter dari rumah ke lokasi jualan. dan apa yang aku lakukan ??? Aku hanya asik bermain-main bersama teman-teman ku, ck...ck...ck... Kenapa aku sangat nakal ya. aitz.... tunggu dulu, setiap jam 8 malam aku selalu mengantarkan nasi tambahan ke tempat jualan, dan tak jarang aku duduk menemani ibu ku berjualan, hehehe.......
namun usaha kami tidak berjalan mulus begitu saja, karena selama berjualan disana, tiap harinya kami hanya mendapat hasil jualan 15-10rb per hari/terkadangpun tak ada yang membeli dagangan kami, T_T. namun kami tak putus asa, dan setelah sebulan kami berjualan tanpa hasil yang menguntungkan akhirnya bapak memutuskan untuk berjualan juga di pagi hari namun pada lokasi yang berbeda dan jaranknya pun lebih dekat dari rumah kami.

lumayan, dari berjualan di pagi hari kami mulai mendapat keuntungan sedikit demi sedikit. dan karena berjualan di sore hingga malam hari masih tidak mendapatkan keuntungan, bapak pun memutuskan untuk berpindah tempat jualan di lokasi yang sama di pagi hari.
hm.... akhirnya ekonomi keluarga kami terus mengalami peningkatan walau tidak signifikan sih, yang penting punya tabungan untuk bayar hutang ke saudara-saudara dan tentunya kepada Pak Armada yang bagi kami sangat berjasa yang telah memberikan pinjaman tanpa Bunga sepeserpun pada kami, heheheh.....
****
Tahun 2005, Akhirnya aku akan masuk SMA. masa-masa yang sudah ku impikan dari dulu.... asik... Asik.....punya tmn baru, punya pacar, hehehhe....... punya apa lagi ya......,
Namun tanpa ku sangka impian ku untuk masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) pun lenyap, karena ke dua orang tua ku menyuruh ku untuk Masuk SMK! T_T. mereka bilang, kamu masuk SMK saja, nanti saat tamat biar bisa langsung cari kerja, ibu nggak tahu bisa mengkuliahkan mu atau tidak sesudah tamat SMA nanti, makanya kamu lebih baik masuk kejurusan saja. Uhf...A....A.....Aaa.....................T_T! kecewa baged.............

saat mengurus STTB, IJAZAH, Surat Keterangan. legalisir, dll di sekolah, aku iri melihat semua teman-teman ku datang ke sekolah dengan membawa map merah, sedangkan yang membawa map kuning seperti ku hanya segelintir orang saja. Map merah berarti mereka yang akan melanjutkan ke tingkat SMA, Map kuning SMK. yaudah deh... kapan lagi bisa ngebahagianin ortu... SMKN 1 Denpasar aku datang, dan Elektronika komunikasi adalah Jurusan Pilihan ku. Hahahahahaha. . . . .
hari-hari sebagai anak SMK ku habiskan dengan sekolah sampai jam 3 sore lalu full dengan trening dan membuat buat laporan tiap bulannya! kayak di penjara aja. tak seperti anak-anak SMA lainnya, bisa ngumpul-ngumpul sehabis pulang sekolah... T_T!

wah... berkat Rombong sakti keluarga ku ini, datang lah sebuah motor Supra Fit dengan DK 8893 ID. akhirnya keluarga kami memiliki motor baru juga, selama ini kami hanya memiliki sebuah motor. dan kita selalu bergantian memakainya, subuh-subuh di pakai belanja kepasar sama bapak, paginya di bawa kakak kerja n kuliah sampai malem. dan selama ini aku dan bapak ku melakukan aktivitas sebagai pejalan kaki heheheh...., untung sekolahku saat SMP jaraknya sangat dekat dari rumah... hahahha....
tapi mulai saat ini tidak lagi, sedekat apa pun akan ku tempuh dengan kendaraan baru ini, hohohoh...... itu lah ekspresi kegembiraan ku ketika memiliki motor baru... hahahaha......

berkat rombong ini juga pada tahun 2007, kakak ku Widi berhasil menyelesaikan kuliahnya. dia menyelesaikannya dengan baik, sampai-sampai saat wisuda namanya di panggil ke depan sebagai salah satu Mahasiswa dengan nilai terbaik dan mendapat uang pembinaan. wah,... hebat banged kakak ku... bisa buat bapak ibu ku bangga....
uhf... nama Kakak ku sekarang jadi Panjang
"Athanasia Widiastuti, SE.
Aku gimana ya ??? Agustinus Tri Laksono, S. Kom
HAHAHAHAHAH,. . . . . . . . . semoga aja...

Di tahun 2008, menginjak usia ke-3 untuk Rombong ku. akhirnya bapak ku merasa rombong ini sudah tak sanggup beroprasi lagi. sudah cukup keras ia bekerja untuk keluarga kami. dan akhirnya bapak kembali mendesain Rombong Sakti II, hehehe.... kali ini di desain lebih lebar dan kuat. menggunakan 3 buah roda, menggunakan peer, dilengkapi dengan stopkontak dan bagasi dibawahnya serta di lapisi Alumunium, KeremZZzzz... deh... ini dia Rombong Sakti II.


Hehehhe.... gimana ? bagus kan...
Inilah Rombong Sakti keluarga ku, ntah kalo tidak ada ini keluarga ku mungkin nggak bisa meng-Kuliahi kakak ku sampai Wisuda, kuliahin aku, Beli motor, TV baru, Komputer untuk ku, Laptop, dll deh.... dan sejak ekonomi keluarga ku mulai membaik, keluarga kami semakin harmonis. dulu saat bapak n ibu masih kerja di Hotel, kami sekeluarga gk pernah kumpul bareng, walau ulang tahun anaknya pun kami gk pernah sempet ngumpul. tapi beberapa tahun belakangan ini, setiap bapak dan ibu ultah pasti kita ngadain acara, manggang, makan bareng, pokoknya seru banged. kita juga setiap bulan Rosalio keluarga kami selalu mengambil satu hari untuk persembahyangan di rumah. wah.... Makasih Yesus. makasih atas semua berkat mu kepada keluarga kami.

Bulan Juli 2008.... Kakak Ku Widi Menikah dengan Tarsisius Soke Keraf
tepatnya tanggal 18 Juli 2008 kakak pertama ku melangsungkan pernikahanya. Berkat Rombong ini juga keluarga ku bisa melansungkan pernikahan Kakak pertama ku tanpa meminjam uang kemana-mana, heheheh..... bahagia rasanya melihat kedua orang tua tersenyum melihat anak-anaknya telah menikah.
(belum termasuk lho..)


wah... aku sendiri yang masih lajang.... di rumah hanya tersisa Aku, Bapak, Ibu dan Rombong Sakti II. heheheh.....
sepertinya tugas utama ku saat ini adalah menjaga kedua orang tua ku. ya... sebagai anak Laki-laki satu-satunya aku sekarang memiliki tanggung jawab kepada Keluarga ku. menjaga mereka disaat apapun. hm... ohia.... sesaat aku sempat mengobrol dengan kedua orang tua ku. Ibu ku bilang, "Impian Ibu sama Bapak nanti, kita kepingin ngabisin masa tua ibu bapak di Madiun, ibu pinginn tinggal di desa tempat kelahiran bapak dan ibu, trus kalian terserah mau ikut atak enggak"
tinggal di Jawa ??? wah... aku jadi tertantang untuk mewujudkan impian mereka... hohohoh.... Aku pasti berusaha untuk mewujudkan itu semua bu... tenang aja.
Tuhan Yesus Bantu Hamba ya....


Denpasar, ... April 1994
Selengkapnya...